Thursday, June 18, 2020

Inilah Alasan Kenapa HP Smart, Tapi Teknologi Batre Masih Belum Canggih !

Kenapa batre cepat habis dan belum canggih
Pagi hari bikin kopi, enaknya sambil baca berita dan video Youtube di HP

Eh ternyata batre sekarat dan minta segera di charge.

Sial, saya lupa charge kemarin karena ketiduran

Duh, kebiasan..

Eh, tapi bentar bentar.. kenapa ya smartphone jaman sekarang yang katanya canggih itu, hanya mampu bertahan kurang dari 24 jam, walaupun itu hanya penggunaan normal ?

Nah lho ?


Ada apa dengan batre ?

Banyak yang tanya, kenapa smartphone yang begitu canggihnya sekarang ini, daya tahan batrenya terkesan kecil untuk sebuah perangkat mobile modern.

Sekedar untuk perbandingan, Nokia 3310 lama (rilis di tahun 2000), yang menggunakan teknologi Li-Ion berkapasitas hanya 1000 mAh,  seperti dilansir telegraph.co.uk, mampu bertahan selama satu minggu tanpa di charge sekalipun.

The original 3310’s battery would last about a week

Lompat ke generasi selanjutnya, Nokia N95 (rilis tahun 2007) yang menggunakan Li-ion 950 mAh mampu bertahan selama 220 jam, atau selama 9 hari.

Lalu ada Blackberry Pearl di tahun 2010 yang bedasarkan data GSM Arena, mampu standby di 432 jam, atau 18 hari dengan Li-ion 1150 mAh

Wow, semakin lama saja daya tahan ponsel tersebut.

Sekarang bandingkan dengan smartphone paling canggih dah.

Asus ROG Phone II dengan Li-Po battery 6000 mAh yang memiliki endurance rating 114 jam, atau sekitar 4 - 5 hari.

Atau kalau kalian Apple fanboy, iPhone 11 Pro Max hanya bertahan 102 jam, atau sekitar 4 harian.

Disini, ketahanan perangkat itu tiba-tiba menurun, 

Lho kok ?

Padahal, kapasitas batrenya itu sudah sekitar 6 kali lebih besar.


Emang sih, penggunaan daya setiap perangkat itu berbanding lurus dengan kemampuannya. Jadinya semakin canggih perangkatnya, semakin banyak juga ngabisin daya

Tapi kenapa HP tambah smart malah makin cepat loyo ?

Kenapa tidak dibuat tahan lebih lama ? Tambah kapasitas batre jadi 20,000 mAh misalnya..

Teknologi kan semakin canggih ?


Begitu kurang lebih cuitan orang-orang...

Perkembangan teknologi batre tidak secepat perkembangan smartphone.

Menganalisa tren perkembangan batre tidak semudah sekedar browsing di beberapa website.

Ada argument yang pro terhadap statement diatas, banyak juga yang kontra.

Tapi disini saya jelaskan, tolak ukur penilaian terhadap ketahanan batre bukanlah standby time.

Jadi ya, cerita diatas kurang relevan.


Memang sih, kalau dipikir-pikir lagi, perkembangan pesat smartphone kita, entah android atau iphone tidak dibarengi oleh perkembangan teknologi batre yang sepadan.

Masih belum.

Ini dikarenakan karena tantangan terhadap development batre menurut saya sangatlah tinggi.

Mulai dari aspek teknis, politik, pendanaan riset, dan lain sebagainnya.

Dan disini, saya suka mengutip ide salah satu professor di MIT, Nicholas Negroponte yang membagi teknologi menjadi dua jenis.

Yang pertama teknologi berbasis atoms, yang kedua berbasis bits.

Nah, untuk yang berbasis bits, teknologinya didorong oleh perkembangan IT yang tumbuh secara eksponen dan mampu melipat-gandakan kemampuannya setiap beberapa tahun.

Smartphone dengan segala chipset yang sering dibahas orang cohtohnya.

Tapi disini batre masuk ke teknologi berbasis atoms, yang mengandalkan pure material, dimana tantangan terberatnya saat ini adalah menemukan material yang lebih ringan dan efisien selain lithium.

Apa itu berarti kita akan terjebak dengan teknologi Lithium-ion sampai akhir hayat kita ?

Tidak juga!

Nah, dengan ngetrend nya mobil elektrik seperti Tesla, saya pikir riset di bidang batre ini akan semakin digalakkan.

Untuk sekarang, ada beberapa ide alternatif, seperti menggunakan Graphene, teknologi Lithium-Silicon, Solid State Battery, dan yang lainnya yang masih digodok sebelum dapat secara aman dan efektif digunakan pada smartphone.

Sssstt... dan saya dengar-dengar juga, batre dengan teknologi graphene mampu membuat proses charging jauh lebih singkat tanpa mengorbankan umur batre, dengan kerapatan energi sekitar 60% lebih rapat dibanding Lithium-Ion yang banyak kita andalkan sekarang. 

Potensi batre dengan material graphene
potensi graphene dibanding Li-ion tradisional
sumber : nanographene.net


Ditambah juga heat-dissipation yang lebih baik, dijamin bikin ngiler para gamer.

Ini artinya, kalau sampai kejadian, perangkat kita akan jadi lebih tipis dan adem.

Tapi sampai saat itu tiba, sepertinya kita harus bersabar.

Bottomline

Walau memang iya perkembangan teknologi batre tidak secepat perkembangan teknologi smartphone, setidaknya semakin kesini smartphone kita semakin efisien dalam penggunaan daya lho.

Jadi jangan terlalu khawatir

Apalagi sudah ada beberapa kandidat alternatif, yang siap menggeser kejayaan Li-ion dalam beberapa tahun kedepan.

Selow aja pokoknya..

Menurut kalian gimana ?

Artikel Terkait

0 komentar:

Post a Comment