Friday, April 17, 2020

Mitos-Mitos Tentang Batre Smartphone Yang Membuat Anda Menyesal Telah Percaya


Greetings Bro!

Seiring perkembangan zaman, batre telah mengalami banyak perubahan. Perubahan yang paling berarti adalah dari segi teknologi. 

Semua ini demi apa ? 

Tentu saja demi mendukung pesatnya perkembangan gadget dewasa ini.

Oke, zaman baru, teknologi baru, tetapi mengapa tips-tips untuk memelihara batre yang berkembang di masyarakat masih sama seperti dulu ya? 

Bahkan tips ini begitu mengakar di masyarakat, seolah mereka tidak ingin menyadari betapa canggihnya teknologi  sekarang ini. 

Contohnya saja masih ada yang menunggu batre hingga benar-benar habis sebelum memutuskan untuk diisi kembali. 

Tips tips ini dulunya ada benarnya, namun sudah tidak relevan lagi karena kita menghadapi era dimana batre sudah berevolusi

Nah sebelum anda menyarankan teman atau saudara anda dengan kumpulan tips "menyesatkan", ada baiknya kalian baca dulu artikel ini. Kumpulan mitos ini adalah rangkuman dari mitos tentang batre terpopuler yang berkembang di masyarakat kini.

Lalu apa saja mitos itu? 

Mari kita bahas.

Mitos-mitos batre

Mitos 1: Tunggu sampai batre benar-benar habis sebelum di charge

Anda sering membiarkan gatget anda kehabisan batre sebelum memutuskan untuk mengisinya? 

Nah, sekarang sebaiknya anda hentikan kebiasaan tersebut. 

Karena apa? 

Percuma!, cuih.

Smartphone malang dengan pengguna yang kejam

Mitos ini sangat populer di masyarakat. 

Hal ini tidaklah salah sepenuhnya karena memiliki asal-usul yang cukup beralasan. 

Namun jika kita berbicara mengenai batre smartphone zaman sekarang, kita berbicara teknologi yang jauh berbeda yang membutuhkan penanganan berbeda pula.

Ingat, batre itu dulunya sempat dungu bro. 

Mereka cenderung akan melupakan kapasitas maksimumnya, jadi kita tidak akan bisa mendapatkan kapasitas penuh seperti saat kita membelinya. 

Nah, inilah akar dari legenda dimana kita harus membiarkan batre benar-benar habis sebelum kita mulai mengisinya kembali. 

Fenomena ini namanya memory effect.

Fenomena memory effect ini terjadi ketika kita mengisi daya pada batre model lama sejenis Ni-Cad atau Nikel Cadmium saat batre ini masih memiliki daya tersimpan didalamnya, misalkan saja 40%. 

Pada saat itu juga, batre akan menganggap bahwa 40% itu adalah keadaan dimana batre sudah kosong (0%). 

Jadi, batre ini seolah-olah melupakan kapasitasnya, sehingga saat batre ini terisi penuh, hanya 60% daya tersimpan yang bisa digunakan. 

Begitu seterusnya sampai batre ini lupa kalau dirinya adalah batre (tidak bisa menyimpan daya lagi atau biasa kita sebut "soak")

Batre type Ni-Cd
Berbeda dengan Nikel Cadmium, batre gadget dewasa ini berjenis Li-ion (Lithium Ion) atau Li-Po (Lithium Polymer) yang sudah bukan tipe batre pelupa lagi. 

Batre jenis ini sudah cerdas dalam perhitungan pengisian daya bro. 

Jika kalian menggunakan 70% dayanya, lalu mengisinya sampai 100%, ini tidak akan dihitung satu siklus pengisian daya. 

Nanti, ketika anda menghabiskan 30% nya lagi, baru dihitung satu siklus.

Sayangnya, batre tipe baru sekalipun bukan berarti tidak akan pernah soak. 

Hal ini dikarenakan kapasitas batre li-ion atau li-po perlahan akan berkurang di setiap siklus daya pada batre tersebut. 

Pendek kata, semakin sering anda menghabiskannya lalu mengisi penuh kembali, kapasitasnya tentu akan berkurang secara perlahan. 

Akan tetapi dampak ini sangatlah minim bro. Kebanyakan batre smartphone akan mempertahankan 80% dari kapasitas aslinya dalam rentang watktu bertahun-tahun. 

Lagipula pengguna smartphone kebanyakan akan mengganti batrenya pada rentang waktu tersebut, jadi tenang saja bro!

Mitos 2: Mengisi batre semalaman dapat menyebabkan batre cepat soak bahkan meledak

Mungkin kalian akan berpikir 2 kali untuk meninggalkan batre terisi semalaman ketika mendengar istilah "Overcharging". 

Nah, kata orang, jika kita terus mengisi batre ketika sudah terisi 100%, maka kemampuan penyimpanan batre kita akan terus berkurang, hingga batre kita drop atau tidak mampu lagi menyimpan daya seperti sedia kala. 

Bahkan, jika terus di "charge" semalaman, batre akan terus terisi sampai akhirnya "hamil" bro!

Batre hamil
sumber gambar: Wikipedia

Fenomena ini tentunya sangat menakutkan bro, namun tenang, sekarang ini hanyalah mitos yang sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan teknologi dewasa ini.

Pada zaman dahulu, batre li-ion akan kelebihan panas atau overheating ketika ditinggalkan mengisi daya semalaman, yang mana akan berakibat drop, menggelembung karena short circuit (korsleting akibat panas berlebih), bahkan meledak. 

Fakta inilah yang menyebabkan tips untuk tidak mengisi daya batre semalaman begitu melekat di masyarakat. 

Tidak heran memang, masyarakat tentunya menginginkan sesuatu yang aman.

Namun, gadget modern sekarang sudah pintar dalam management daya. 

Terlihat dari kemampuannya yang bisa memutus aliran listrik secara otomatis dari charger ke batre ketika batre sudah terisi full. 

Hal ini bisa dibuktikan dengan menyentuh ponsel setelah beberapa menit mengisi daya, yang mana akan terasa hangat.  

Kemudian bisa kita bandingkan ketika sudah terisi full, yang mana ponsel kita akan terasa biasa saja. 

Ini artinya, pengisian daya yang efektif telah terhenti. Jadi ya aman-aman saja jika kita mengisi daya semalaman bro.

Mitos 3: Menggunakan charger yang bukan bawaan dapat merusak batre, lalu kemudian meledak

Ketika kita membeli smartphone, jika kita tanya mbak-mbak penjualnya tentang bagaimana caranya supaya batre tetap awet, salah satu tips nya pasti menggunakan charger yang original. 

Tips ini benar adanya, namun hal bukan berarti kita tidak boleh membeli charger pihak ketiga yang bukan dari vendor smartphone kita. 

Dan satu hal lagi bro, tips ini sepenuhnya adalah strategi marketing bro, demi profit mereka.

Illustrasi charger bukan bawaan
Menggunakan charger yang bukan bawaan itu fine-fine saja, selama berasal dari vendor yang sah dan bukan merupakan charger murahan. 

Yang perlu diperhatikan adalah voltase dan arus yang dihasilkan oleh charger. 

Voltase yang lebih rendah dari yang dibutuhkan ponsel akan membuat batre tidak terisi, sementara voltase yang lebih tinggi dapat merusak batre. 

Untuk arus yang dihasilkan, jika lebih tinggi dari standar ponsel akan membuat batre cepat terisi sementara jika lebih rendah akan membuat proses pengisian lebih lambat. 

Jadi kesimpulannya, menggunakan charger yang bukan bawaan tidaklah selalu berdampak negatif, selama kita memperhatikan hal diatas. 

Satu hal lagi bro, lebih baik kita menggunakan charger lain yang memiliki merk sendiri dan terjamin kualitasnya ketimbang menggunakan charger palsu dengan merk ternama yang kualitasnya tidak bisa diharapkan bro.

Mitos 4: Jangan menggunakan gadget ketika sedang di charge, karena bisa meledak (lagi??)

Menggunakan gadget pada saat di charge mungkin adalah hal yang terlarang bagi sebagian orang. 

Hal ini sangatlah beralasan mengingat menggunakan ponsel pada saat mengisi daya itu menimbulkan panas yang lebih dari biasanya. 

Kondisi ini tentulah berbahaya bro, karena batre benci panas.

Yakin mau pakai?
Batre mungkin saja benci panas bro, namun hal ini tentu bukan penghambat jika kita benar-benar membutuhkan ponsel kita. 

Jangan sampai ketika dalam kondisi darurat kemudian kita mengurungkan niat untuk menggunakan ponsel ketika sedang dalam keadaan mengisi daya. 

Justru hal ini akan merepotkan kita sebagai pengguna smartphone yang katanya smart itu.

Hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan ponsel ketika dalam kondisi mengisi daya adalah penggunaan itu sendiri bro. 

Gunakanlah secara bijak, maksudnya disini adalah penggunaan wajar seperti membalas chat atau browsing-browsing ringan, yang intinya tidak akan menimbulkan panas yang berlebih. 

Jika kita melakukan kegiatan ekstrim seperti main game sambil membalas chat, internetan, dan download secara bersamaan, ya jangan salahkan batre jika cepat aus atau malah meledak bro. 

Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah penggunaan charger atau batre "ecek-ecek" yang tentu akan sangat berbahaya bro. 

Jadi, jika batre dan charger anda terjamin kualitasnya, menggunakan gadget ketika di charge aman-aman saja jika dilakukan.

Mitos 5: Menghemat daya batre dengan mematikan aplikasi atau menggunakan app killer

Jujur saja bro, saya capek ketika mendengar tips tidak jelas yang satu ini. 

Percaya pada tips ini seolah menganggap Google atau Apple kurang cerdas dalam membuat produk. 

Jika kalian sering mematikan aplikasi secara manual atau menggunakan app-killer, sebaiknya anda hentikan kebiasaan itu sekarang. 

Karena sekali lagi hal itu percuma!, Malah akan membuat segalanya semakin memburuk.

Baca juga: Tips mengatasi android lambat tanpa ROOT

Memang ada kalanya ketika app killer membuat ponsel android menjadi lebih smooth. 

Tetapi itu ketika awal booming ponsel android sekitar tahun 2009 dimana multitasking android masih sangat perlu improvement. 

Namun seiring berjalannya waktu, app-killer tidak diperlukan lagi karena android sudah lebih pintar dalam mengatur resource nya, dan hal yang dilakukan app-killer dewasa ini adalah memakan hal yang katanya mereka lindungi, yaitu daya batre.

Ketika anda secara manual mematikan aplikasi, baik dengan menggunakan recent app list atau app-killer, daya batre lebih terkuras ketimbang anda membiarkannya hidup di background. 

Hal ini disebabkan karena aplikasi tadi akan segera hidup kembali, dan proses ini memakan lebih banyak daya. 

Jadi berhenti membunuh aplikasi dan biarkan sistem melakukan yang seharusnya dilakukannya.

Mitos 6: Mematikan wifi, dan location service dapat menghemat batre secara drastis

Nah, tips yang satu ini mirip seperti mitos nomor 5 diatas. 

Fungsi-fungsi seperti wifi dan location service dulunya memang rakus bro. 

Namun, sekali lagi sistem operasi ponsel pintar zaman sekarang sudah lebih pintar dalam mengatur resourcenya, jadi dia tahu kapan kita memerlukannya.

Ketika kita mengaktifkan mode pesawat pada ponsel pintar kita, memang ada daya yang akan kita hemat bro. 

Tapi daya yang dihemat ini sangat sedikit dibanding ketika kita membiarkan fungsi-fungsi tersebut aktif, sekitar setengah jam dari penggunaan selama sehari penuh. 

Jadi penghematan daya yang diperoleh ketika mematikan service tersebut tidak sebanding dengan kesulitan yang malah ditimbulkannya. 

Maka dari itu, biarkan saja mereka aktif sesuai kebutuhan kita. Ponsel cerdas kita memang didesain untuk hal itu.

Bonus: Sedikit fakta tentang batre

Fakta: Batre benci panas dan akan cepat mati ketika dingin

Nah, kalau yang satu ini pantas kita pertimbangkan. 

Panas tidak pernah memiliki hubungan yang baik dengan perangkat elektronik, termasuk batre. 

Namun, dalam kondisi dingin, batre akan mati lebih cepat dari yang seharusnya

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Pastinya batre memiliki suhu ideal yang membuatnya memiliki performa terbaik serta tahan lebih lama. 

Apple mengatakan suhu sekitar 0 derajat celcius merupakan suhu terendah bagi iPhone. 

Sementara samsung mengklaim perangkatnya mampu beroperasi antara -20 sampai 50 derajat celsius. 

Menurut saya pribadi, suhu ideal adalah suhu ruangan bro, tidak terlalu panas atau terlalu dingin.

Bottomline

Nah itulah postingan panjang mengenai mitos-mitos batre di masyarakat beserta sedikit fakta tentangnya bro. 

Saya pribadi tidak percaya dengan mitos-mitos itu untuk ukuran ponsel zaman sekarang. 

Malah ponsel saya awet-awet saja selama ini dan belum sempat mengganti batre untuk smartphone pertama saya Galaxy Gio yang dibeli tahun 2010 (usia 6 tahun) dan Galaxy Ace II yang terbeli di tahun 2012 (usia 4 tahun). 

Namun tentu saja performa batre sudah tidak seperti dulu lagi.

Jika anda memiliki pendapat lain, silahkan posting pada kolom komentar bro. Sekian postingan kali ini, akhir kata,

BYE

Artikel Terkait

0 komentar:

Post a Comment